Dalam rangka menyukuri hasil panen dan kekayaan alam yang melimpah, Pemerintah Desa Pasir dan seluruh warga menggelar acara pagelaran wayang kulit pada Minggu (18/08/2019). Bertempat di Dk. Jati Wetan RT 04, acara dihadiri oleh jajaran Pemerintah Desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengurus kelembagaan desa, serta seluruh lapisan masyarakat.
Sedekah bumi merupakan tradisi rutin yang digelar setiap tahun. Tradisi tersebut merupakan bentuk rasa syukur warga terhadap hasil panen dan kekayaan alam yang melimpah. Selain itu, tradisi sedekah bumi tersebut merupakan sarana untuk memanjatkan do’a agar bumi Desa Pasir selalu tentram dan dijauhkan dari bencana.
Selain untuk memperingati sedekah bumi, pagelaran wayang kulit tersebut juga sebagai puncak acara dalam rangka HUT RI yang ke 74. Di sela-sela acara diisi dengan pembagian hadiah kepada para juara lomba.
Panitia sedekah bumi, Umar Yuto dalam sambutannya menyampaikan, pagelaran wayang kulit ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan ketenteraman di bumi Pasir. Harapannya, dengan adanya syukuran tersebut akan menjadikan Desa Pasir semakin gemah ripah loh jinawi.
“Alhamdulilah acara pada malam hari ini dapat terlaksana dengan baik, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga yang telah berduyun-duyun ke sini untuk menikmati gelaran wayang. Semoga Desa Pasir semakin tentram dan hasil panen semakin melimpah.” Ujar ketua panitia yang biasa di panggil ust. Umar.
Sementara itu, Kepala Desa Pasir, Dimul Susanto mengaku sangat terharu dengan antusias warga Pasir yang guyub rukun dan kompak hingga pagelaran wayang kulit tersebut dapat terlaksana. Dimul juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran panitia yang senantiasa bekerja keras menyumbangkan tenaga dan fikiran hingga seluruh rangkaian acara bisa terlaksana dengan baik.
Pagelaran wayang kulit kali ini dilaksanakan di bumi persawahan yang terletak di pertigaan Dk. Jati Wetan RT 04. Berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana pagelaran wayang kulit dilaksanakan di lapangan desa. Meski dilakasanakan di tanah persawahan, hal tersebut tidak mengurangi antusias warga untuk berkunjung dan menikmati sajian alunan suara Ki dalang Bambang dari Pekalongan.